Categories
Travelling

Perjalanan Museum Nasional Dahulu, Kini dan Masa Mendatang

Libur akhir pekan menjadi saat yang dinanti banyak orang, termasuk saya, seorang pekerja kantoran yang hanya bisa melepaskan segala rutinitas disaat akhir pekan atau libur nasional. Kalau pandangan banyak orang, libur akhir pekan ya diisi dengan bersantai ria atau bermalas-malasan di rumah. Mengisi liburan akhir pekan dengan berwisata ke tempat-tempat keren dan menarik juga sangat happening saat ini.

Bagaimana kalau libur akhir pekan kali ini ke museum saja?

Minggu Pagi (17/05/2014), Saya rela menembus terik matahari yang menyengat pagi itu untuk menuju ke arah Jakarta Pusat. Tujuan saya tak lain dan tak bukan untuk menghadiri acara pembukaan Festival Hari Museum Internasional. Museum Nasional Indonesia (MNI) genap berusia 236 tahun tepat pada tanggal 24 April 2014. MNI mengadakan rangkaian kegiatan untuk memeriahkan Festival Hari Museum Internasional dan Hari Jadi Museum Nasional Indonsia yang ke-236 tahun. Sebuah kegiatan yang atraktif dilangsungkan untuk memberikan hiburan sekaligus menambah wawasan dan kecintaan rakyat Indonesia terhadap bangsanya. Rangkaian kegiatan ini akan berlangsung 17-24 Mei 2014. Berbagai acara menarik telah dikemas dengan menarik dengan acara puncaknya pada tanggal 24 Mei 2014.

Bila boleh mengutip sebuah pesan yang pernah diucapkan sang proklamator kita, Ir. Soekarno “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Pesan ini tentu bukan tanpa alasan, dimana bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya, bangsa yang tidak melupakan identitasnya. Pesan ini sangat relevan dengan keadaan jaman sekarang. Perkembangan jaman dan kecanggihan teknologi bisa saja menggeser minat dan pola pikir masyarakat. Sejarah bila tak terdokumentasikan dengan baik, maka akan hilang tanpa jejak.

Dalam kata sambutannya, Ibu Dra. Intan Mardiana, M.Hum selaku Kepala Museum Nasional Indonesia mengatakan bahwa pada pameran yang diselenggarakan saat ini tidak hanya menampilkan Museum Nasional Indonesia pada masa lalu namun juga bagaimana Museum Nasional Indonesia bermetamorfosa menjadi museum yang modern dari segi bagunan yang terpelihara dengan baik begitupun dengan pengembangan koleksi dan ragam kegiatan yang rutin diselenggarakan. Melalui pameran ini para pengelola yang telah mendedikasikan hidupnya untuk pengembangan museum ini ingin menyampaikan cita-cita besar Museum Nasional Indonesia di masa yang akan datang.

Acara pembukaan Festival Hari Museum Internasional ini juga dihadiri oleh Bapak Prof. Kacung Marijan,Ph.D selaku Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Bapak Prof.Dr.-Ing.Wardiman Djojonegoro yang merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1993-1998.

Dengan dress code batik para tamu undangan sudah tak sabar menunggu acara dimulai. Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang diiringi oleh paduan suara dari SMP SMPN 29 Jakarta. Jujur, sudah lama saya tidak menyanyikan lagu kebangsaan ini. Nyanyian yang syahdu membawa saya kembali meresapi setiap petikan kata dalam lagu Indonesia Raya, rasa cinta terhadap tanah air kembali berkobar.. haha..

Tari Piring
Tari Piring

Rangkaian acara dalam pembukaan Festival Hari Museum Internasional ini dimeriahkan juga oleh siswa-siswa SMA 70 Jakarta dengan menampilkan tarian daerah seperti Tari Piring dan Tari Tokecang. Selain itu, penampilan dari grup musik Archipelago juga tidak mau kalah. Penampilan musik instrumen gabungan dari berbagai alat musik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia berhasil membuat suasana acara semakin riuh dan meriah.

Penampilan musik tradisional nusantara oleh Grup Archipelago
Penampilan musik tradisional nusantara oleh Grup Archipelago

Peresmian acara Pembukaan Festival Hari Museum Internasional pun ditandai dengan penabuhan gondang yang secara bersama yang dilakukan oleh Ibu Intan Mardiana, Bapak Kacung Marijan dan Bapak Wardiman Djojonegoro. Gondang sendiri merupakan alat musik dari suku Batak. Setelah meresmikan pembukaan acara Festival Hari Museum Internasional, Ibu Intan Mardiana, Bapak Kacung Marijan dan Bapak Wardiman Djojonegoro diiringi seluruh tamu undangan berkeliling melihat pameran yang menyajikan perjalanan panjang MNI.

MNI mempunyai tujuan jelas untuk terus berinovasi mengembangkan museum dan meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke museum dan mengenal Indonesia dan sejarahnya lebih dekat.

Peresmian Festival Hari Museum Internasional
Peresmian Festival Hari Museum Internasional

Sejarah panjang telah dilalui MNI, mulai dari masa pemerintahan kolonial Belanda,masa pendudukan Jepang, masa kemerdekaan sampai saat ini. Melalui berbagai pergantian generasi membuat MNI semakin tangguh. Kehadiran MNI yang konsisten menjaga dan memelihara segala peninggalan peradaban masa lampau membuktikan diri mampu bertahan melewati berbagai masa. Sebuah perjalanan yang tidak mudah. Melalui pameran “Potret Museum Nasional Dulu, Kini dan Akan Datang” yang merupakan salah satu bagian dari rangkaian Festival Hari Museum Internasional & 236 Tahun Museum Nasonal Indonesia, saya dapat merasakan sebuah energi yang luar biasa dari orang-orang yang berperan besar untuk menghantarkan MNI menjadi seperti saat ini. Sebuah museum yang semakin memantapkan dirinya untuk menjadi museum terbaik di Indonesia.

Museum Nasional Indonesia mulai berdiri sejak abad ke-18 dinamakan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda kemudian berubah nama yang kini lebih dikenal dengan Museum Nasional Indonesia.

Dari pameran ini, saya seperti menyusuri lorong waktu dan mengikuti perjalanan sejarah panjang dari sebuah museum yang mampu bertahan sampai saat ini. Selain cerita sejarah yang lengkap, pameran ini juga menyajikan tokoh-tokoh yang berperan besar dalam pengembangan MNI. Bapak Prof. Dr.-Ing.Wardiman Djojonegoro merupakan seorang tokoh penting dan menjadi bagian dalam rekam jejak perjalanan MNI. Beliau ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada periode 1993-1998, memberikan andil besar terhadap perluasan dan pengembangan MNI.

Pak Wardiman didampingi oleh Ibu intan Mardiana
Pak Wardiman didampingi oleh Ibu intan Mardiana

Tak cukup melihat-lihat di sekitar pameran, saya semakin ingin melihat koleksi-koleksi di MNI. Saya masuk ke gedung tempat dimana koleksi-koleksi tersebut tersimpan rapi. Saya temui banyak anak sekolah yang sedang berkunjung ke museum dan belajar lebih dekat dengan benda-benda peninggalan peradaban masa lalu.

Tidak hanya pelajar yang meramaikan museum, tampak beberapa biksu yang asyik mengamati berbagai arca yang berderet dan menyebar di sekitar pelataran musuem. Bule atau orang asing juga ternyata terpikat pada koleksi yang ada di MNI. Koleksi yang ada di MNI memang cukup lengkap dan dirawat dengan baik.

Guci dari Kapal Tek Sing yang karam pada tahun 1822 di Selat gelasa, Bangka Belitung
Guci dari Kapal Tek Sing yang karam pada tahun 1822 di Selat gelasa, Bangka Belitung

Keadaan ruangan yang bersih dan nyaman membuat saya betah untuk berlama-lama mengamati deretan arca, etnografi berbagai daerah di Indonesia termasuk koleksi keramik yang cukup banyak dan antik.

Kehadiran MNI menjadi suatu oase ditengah hiburan modern yang bermunculan. MNI kini berperan juga sebagai penjaga identitas bangsa dengan menjaga peninggalan-peninggalan sejarah yang menyisakan sejuta kisah masa lalu dari perkembangan bangsa.

Dirgahayu Museum Nasional Indonesia 😀