Jalan-jalan atau berwisata ke suatu tempat merupakan bagian dari perjalanan hidup. Jalan-jalan tanpa dokumentasi sangat disayangkan bukan? Namun tidak semua orang berusaha mendokumentasikan perjalanannya dengan baik, bahkan ada juga orang yang tidak terfikir untuk mendokumentasikan perjalanannya.
Tren foto selfie memang happening saat ini. Tapi sering tidak menggambarkan sebuah momen yang terjadi. Dengan kemajuan teknologi saat ini dan berbagai aplikasi memberikan fasilitas untuk kita mendokumentasikan perjalanan. Setiap orang pasti punya cara masing-masing untuk mendokumentasikan perjalanannya.
Minggu 18 Mei 2014 Sunday sharing #6 diadakan di kantor detikcom di Gedung Aldevco Pentagon Lt. 2. Topik yang diangkat untuk kelas minggu itu adalah bagaimana cara mendokumentasikan perjalanan. Sesi ini akan mengupas tuntas macam-macam cara untuk mendokumentasikan perjalanan dan mengemasnya menjadi menarik. Mendokomentasikan perjalanan sendiri dapat dilakukan dengan foto, blog atau bahkan vlog. Bahkan dari hasil dokumentasi ini siapa sangka bisa saja berubah menjadi b(l)ook atau novel. Who knows!
Topik pertama adalah mendokumentasikan perjalanan melalui tulisan di blog yang dibawakan oleh Kak Eka Situmorang-Sir [@ceritaeka]. Beliau adalah seorang blogger yang berhasil menelurkan dua buah novel dan kini telah beredar di publik. Novel Labirin Rasa adalah karya kak Eka yang menuangkan sebuah kisah perjalanan dalam bentuk novel. Buku lain yang digarap dengan 10 blogger lain adalah The DestinAsean yang menyuguhkan cerita perjalanan ke negara-negara di ASEAN dari beberapa penulis dan dituangkan dalam sebuah buku.
Dalam sesi ini, Kak Eka mengajak kami berlatih mendeskripsikan sebuah tempat tanpa menyebutkan nama tempat tersebut. Dari deskripsi ini akan membawa orang lain untuk membayangkan suatu tempat yang kita tuju dan tahu tempat itu tanpa kita menyebutkan nama tempat itu. Suatu latihan menulis yang menarik, hehehe…
Selain belajar teknik bercerita, kak Eka juga membagikan tips bagaimana sebuah tulisan layak untuk diterbitkan menjadi sebuah buku yang bernilai tambah (red: duit :D). Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan buku adalah:
Tentukan genre bukunya
Karena masing-masing penerbit menerima genre buku berbeda-beda
Buat outline
Sediakan waktu untuk menulisnya
Terkadang kendala memang saat tidak ada waktu luang untuk menulis, tapi kalau memang sudah niat untuk menulis maka pasti sudah menyediakan slot waktu untuk menulis toh
Free writing
Kata Kak Eka, menulis dengan bebas tanpa harus berfikir dengan keras. Apa yang muncul dipikiran tuliskan saja, mengalir saja. Setelah selesai baru dibaca ulang dan diedit kalau ada yang harus diperbaiki.
Evaluate
Sangat penting untuk menentukan selera pembaca dan mengetahui apakah orang lain suka atau tidak dengan tulisan kita. Mungkin bisa dimulai dengan orang-orang terdekat.
Kirim ke penerbit
Ketika mengirimkan ke penerbit jangan sekaligus ke beberapa penerbit di waktu bersamaan. Pilih penerbit yang cocok dan sesuai dengan genre buku, kemudian tunggu respon dari penerbit (biasanya -/+ 3 bulan akan dikonfirmasi).
Topik kedua dibawakan oleh Ragil Duta Setiyana [@ngecuprus] yang akan berbagi ilmu tentang fotografi. Untuk mendokumentasikan perjalanan yang paling sering dilakukan orang banyak tentu melalui foto. Siapa yang tak punya kamera? bahkan handphone saja saat ini hampir semuanya sudah dilengkapi dengan fitur kamera bahkan tidak kalah dengan kamera DSLR.
Tidak harus menggunakan kamera yang mahal untuk mendokumentasikan perjalanan. Dengan modal kamera handphone saja mampu menampilkan foto yang menarik. Tentu asal tahu tekniknya.. hehe.. kamera saat ini sudah canggih, sudah ada sistem auto sehingga tidak perlu mengatur resolusi atau diafragma. Cukup mengatur komposisi sebuah objek yang mau dibidik. Sebuah foto mampu bercerita mengenai perjalanan yang kita lakukan. “ tergantung kita mau menceritakan tentang apa,” kata bang Ragil.
Topik ketiga dibawakan oleh Pak Jaf Rane Hafied [@jafane]. Sebuah topik yang membuatku penasaran dari awal. Apa itu vlog? Vlog ternyata video blog. Pak Jaf berbagi ilmu mengenai video blog (vlog) dan voice blog (pod casting). Kedua topik ini ternyata sangat menarik. Pak Jaf menunjukkan koleksi vlog dan pod casting nya yang dikemas sangat menarik.
Mungkin tulisan, foto atau video tidak asing bagiku. Namun untuk pod casting, aku belum pernah melakukannya. Bagaimana pod casting mampu menyampaikan kepada orang lain tentang sebuah keadaan yang ingin kita sampaikan hanya dengan mendengar. Menurutku itu sangat keren. Suara-suara yang muncul ketika pod casting mampu diterjemahkan orang lain kedalam sebuah keadaan. Suatu cara yang unik dan belum semua orang melakukannya.
Di akhir acara, setelah menentukan ketua kelas untuk kelas Sunday sharing bulan depan, pihak BlogDetik mengadakan lomba membuat video durasi sekitar 30 detik yang menceritakan keadaan di kelas Sunday sharing, dan walhasil semua orang kemudian sibuk reportase dengan kamera HP masing-masing.. hahahaa..