Categories
Travelling

Memorable Moment Dufan

Sebenarnya aku sudah beberapa kali ke Dunia Fantasi Ancol atau sering disebut Dufan. Walaupun begitu, selalu saja ada cerita berbeda yang aku alami. Mulai dari kisah sepanjang perjalanan menuju Dufan ataupun cerita selama bermain-main menaiki setiap wahana seru yang ada di Dufan.

Rasanya Dufan menyimpan #MemorableMoment yang akan selalu seru untuk diceritakan kepada teman dan saudara. Keseruan-keseruan yang tergambar dari ekspresi mukaku ketika menaiki wahana-wahana yang menantang adrenalin walaupun sudah menaikinya beberapa kali membuktikan bahwa Dufan memberikan #NeverEndingFun bagi para pengunjung. Kejutan-kejutan yang tak terduga ketika menaiki wahana-wahana yang disediakan Dufan membuat aliran darahku mengalir deras.

Pertama kali ke Dufan itu waktu aku masih kuliah di Bandung. Saat itu karena lagi melarikan diri sejenak dari Bandung. Akhirnya aku dan empat sahabatku sepakat untuk memacu adrenalin di Dufan. Karena tidak memungkinkan bagi kami untuk melakukan perjalanan langsung Bandung – Dufan, maka kami menginap semalam di rumah Indah di Bekasi. Esoknya baru kami berangkat menuju Dufan dengan menggunakan taksi.

Wahana Kincir Angin
Wahana Kincir Angin

Saat itu memang hari kerja bagi yang sedang bekerja tapi hari libur bagi kami yang notabene nya mahasiswa (walau bukan libur semester yah kita anggap saja hari libur, hehehe..). kami sampai di Dufan tepat waktu dan Dufan terlihat sepi. Tidak ada antrian seperti yang diceritakan banyak orang ketika mereka berkunjung ke Dufan.

Kami pun akhirnya bebas menaiki wahana-wahana raksasa itu. Wahana pertama yang kami naiki adalah Kora-kora. Sebuah perahu raksasa yang kemudian diayun kesana kemari. Teman-teman memilih duduk paling ujung perahu, katanya biar lebih menantang. Perlahan perahu raksasa bergerak dan akhirnya makin kencang.

Saat itu, aku pertama kalinya ke Dufan. Benar saja, bukan hanya memacu adrenalin tetapi jantungku berdetak tak karuan, nafasku pun tersengal. Kupegang erat lengan Nisa yang juga tampak tak bisa bernafas. Mau teriak juga susah, hahaa… Turun dari Kora-kora lututku bergetar. Langit tampak berputar-putar diatasku. Agak berlebihan memang, tapi mau gimana lagi, sepertinya tubuhku kaget menerima sensasi ayunan kora-kora.

Kami sempat berhenti sebentar untuk menenangkan getaran tubuh. Mulai menstabilkan kembali aliran darah. Karena kami berlima tampak lemas dan pucat, kami akhirnya memutuskan untuk makan siang. Haha.. Baru sekali naik wahana langsung keok, 😀

Cukup lama beristirahat kami tidak khawatir tidak mendapat giliran untuk menjajaki setiap wahana. Ingat kami sedang berada di Dufan di saat orang-orang sedang berpusing ria dibalik gedung perkantoran.. hehehe..

Naik Ontang Anting
Naik Ontang Anting

Setelah batin tenang dan siap untuk berteriak ria, kami memilih wahana-wahana yang agak santai dulu seperti arum jeram, ontang-anting kami bolak balik naiki karena memang tidak mengantri dan waktu kami tidak habis di antrian. Setelah puas dengan arum jeram dan ontang-anting, darah mulai panas akhirnya kami memutuskan untuk menaiki tornado.

Hmm.. melihatnya saja lututku mulai bergetar lagi, tapi kalau tidak dicoba ya tidak tahu rasanya toh. Kata Indah, tornado wahana yang paling memacu adrenalin dan paling seru. Cukup penasaran, akhirnya kami siap untuk di goyang di tornado.

Wahana Tornado
Wahana Tornado

Awalnya, aku memegang alat pelindung yang membekap tubuhku kencang-kencang, ketika operator mulai menggerakkan tornado, kututup mataku dan tak berani membuka mata karena takut sesuatu terjadi. Justru malah aku berteriak histeris dan ketakutan. Sungguh aku sangat ketakutan dan aku tidak bisa rileks selama naik tornado.

Itu pertama kalinya naik. “Aku tidak mau naik lagi”, tekadku dalam hati. Tapi ternyata sahabat-sahabatku itu menyeretku untuk naik lagi. Kata Mia, aku harus melawan rasa takutku, kalau tidak dilawan ya bakalan takut terus. Benar juga kata Mia, pikirku. Akhirnya aku luluh juga dan naik tornado ke dua kalinya. Kali ini aku berusaha untuk rileks dan mempercayakan tubuhku pada alat tornado.

Eh ternyata, kalau sudah tahu triknya wahana-wahana permainan di Dufan benar-benar mengasikkan. Aku yang tadinya ketakutan setengah mati, setelah bisa rileks mempercayakan dan menumpukan badan di alat tornado, akhirnya aku bisa menikmati setiap hantaman dan goyangan tornado yang dikendalikan operator. Bahkan kami sampai naik 7 kali putaran. . hahaha..

Foto 0440

yang jelas, dufan #NeverEndingFun deh. Setiap keceriaan yang tercipta menjadikannya #iniDufanKami. Tak pernah bosan untuk datang lagi ke Dufan merasakan sensasi yang luar biasa. Kini Dufan pun semakin memberikan inovasi dengan menambah wahana-wahana baru seperti Ice Age.

Semoga Dufan semakin berjaya dan memberikan keceriaan baru bagi masyarakat yang menikmati setiap wahananya.

Categories
Lomba Travelling

Selalu Ada Alasan Kembali Ke Ancol

Ancol sudah berdiri sejak tahun 1966 yang ditujukan sebagai kawasan wisata terpadu oleh Pemerintah DKI Jakarta. Kawasan ini kini tak pernah sepi pengunjung dan menjadi tempat pertemuan ribuan masyarakat baik dari dalam atau luar kota Jakarta. Hal ini menjadikan Ancol salah satu icon wisata favorit di Jakarta. Kenapa tidak, banyak orang tidak hanya sekali datang tapi berulang-ulang, bahkan orang yang datang pertama kali akan langsung jatuh cinta untuk menikmati fasilitas yang disediakan.

Sungguh tak bosan, beragam arena wisata ataupun hanya sekedar bersantai dan bermain air di pantai utara Jakarta ini, masyarakat berbondong-bondong datang ke Ancol, setiap hari selalu diramaikan apalagi waktu akhir pekan datang, Ancol ramee dan padaat…

Bagi saya, selalu ada saja alasan untuk kembali ke Ancol, apakah menikmati wahana di dufan, atau berenang atau hanya sekedar olahraga di sekitar pantai Ancol bahkan pernah sampai curhat-curhatan dengan beberapa teman di dermaga Ancol, begadang sampai pagi… hahaa.. itu memang gila!

**

Pertama kali ke Ancol ketika saya masih kuliah di Bandung.

Bersama  empat orang teman saya Nina, Nisa, Mia, Indah, kami akhirnya mengatur itinerary perjalanan yang murah meriah dan tujuan utama adalah Ancol. Berangkat dari Bandung naik kereta ekonomi menuju Bekasi (rumah Indah). Setibanya di rumah Indah langsung disambut makanan enak buatan mama Indah, yummy… (mama Indah memang jagonya bikin makanan enak, cocok buka usaha makanan :D)

Malam berlalu dan pagi pun datang, semua pada cepat bangun, tidak sabar cepat-cepat sampai di Ancol dan main sepuasnya. Tadi malam mama Indah sudah pesan taksi untuk jemput dan mengantarkan kami pagi ini. Taksi sudah menunggu di pintu gerbang dan kita pun bergegas. Berhubung kami berlima dan berenam dengan si Mbak taksi (drivernya cewe juga J ) dan boleh dibilang badan kami ga ramping-ramping amat, jadi terpaksa kita harus pintar mengatur posisi duduk supaya semua dapat ditampung taksi. Dan terpilihlah Indah duduk di depan disebelah Mbak taksi. (posisi duduk di depan berdasarkan ukuran tubuh hihih 😛 )

Taksi melaju, kami tak bisa diam barang sejenak di dalam taksi, obrolan sudah sampai kesana kesini, tertawa pun tak bisa dikontrol, mbak taksi hanya bisa pasrah mendapat penumpang seperti kami haha.. Mulai masuk daerah Jakarta, eh iya saat itu lagi musim hujan dan Jakarta lagi disibukkan dengan banjir dimana-mana. Dari atas fly over yang kami lewati, kami bisa menyaksikan mobil-mobil yang berjuang melewati daerah banjir. Saat itu kami hanya bisa berharap mudah-mudahan Ancolnya ga ikutan banjir dan cuaca ga hujan.

Kurang lebih satu jam kami tiba di loket masuk Ancol, beli tiket dan langsung ke dufan.. Kami memang sangat beruntung saat itu, cuaca cerah, dapat tiket diskon karena menggunakan debit BNI pada saat itu, weekdays sehingga bayangan ngantri sana sini jauh-jauh dari kami. Ini baru liburaaan yihaa…

Karena dekat gerbang masuk maka wahana yang pertama kami coba adalah cora-cora… padahal kata orang-orang seharusnya cora-cora belakangan saja karena walaupun kelihatan gampang dan ‘cuma gitu doang’ tapi kalau sudah dinaiki pas turun kaki lemes dan gemetar.

Ketika kami naik dan memilih duduk dipaling pojok which is terbangnya akan lebih tinggi dibandingkan duduk di tengah kapalnya, kapal mudah bergerak dan mengayun, uuuugghh…  dan bener saja, jantung rasanya seperti sudah berhenti berdetak dan ngap-ngapan bernafas susah, pegangan erat-erat dan teriaakk.. waaaaaaaaa….

Awalnya saya kapok menaiki wahana yang lain, dalam pikiran saya, ini gilaa, bukan refreshing malah nambah penyakit. Satu lagi yang bikin saya trauma, wahana tornado. Uhugh.. mata saya pejamkan dan pegang erat-erat alat yang mengapit tubuh saya,sungguh ini akan membuat saya mati lemas, sampai mual saya turun dari wahana tornado. Tapi teman saya ketagihan, berhubung tidak ada antrian, jadi sesuka hati naik mau berapa kali, kali ini keempat teman saya menarik tangan saya sampai menyeret saya untuk naik tornado sekali lagi, ampun deh.. perlawanan sempat saya lancarkan, tapi apa daya mereka berempat menarik saya, dan saya pun tak kuasa #halah.. hahaa

Tornado
Tornado

Ceritanya sekalian difoto bareng nanti waktu naik tornadonya, memang disini juga ada jasa untuk memfoto ketika kita naik tornado, yeah.. hitung-hitung sebagai kenang-kenangan dari dufan hahaa..

Akhirnya saya mengalah dan ngikut teman naik tornado sekali lagi, sambil menarik nafas, sebelum tornadonya bergerak dan mengangkat kita, Indah sempat bilang kalau naik wahana pasrahkan tubuh kita ke alatnya, aman kok, jangan tegang dan jangan tutup mata. Ok ok, saya akan coba, saya berkata dalam hati…

Badan mulai terangkat makin tinggi dan tinggi lagi, petugasnya mulai memainkan sesuka hati, memutar-mutar, memiringkan, diputar-putar lagi.. Saya mulai rileks dan tidak terlalu berpegangan pada alat, mata saya buka, mulai melihat ketinggian dan badan saya diputar-putar, saya sungguh pasrah ke alatnya dan percaya saya aman didalamnya.

Dan ajaib, tak ada mual, tak ada kaki yang bergetar, tak ada ketakutan yang luar biasa, yang ada hanya teriakan bahagia, baru ini saya menikmati wahana ini, bukan lagi teriakan ketakutan tapi teriakan seru-seruan, dan teman-teman sampai tak percaya ketika petugasnya bertanya  “lagi? Lagi?” Dan saya berseru “lagiiiii…”

Mia sempat meyakinkan saya, “Serius Rik, mau lagi?” saya mengangguk.. jreng jrengg… akhirnya kami serempak bilang “lagiiiii…” percaya tak percaya, akhirnya kami menaiki tornado tujuh kali putaran.. hahahaa… ketika turun, malah asyik dan ringan rasanya, ploong banget setelah beberapa lama teriak-teriak.. hihihihi…

Kincir Angin
Kincir Angin

Sebisa mungkin semua wahana kami naiki, tapi nyali saya masih tidak terlalu kuat untuk menaiki kincir angin, hahaha… jujur, ntah kenapa saya langsung ciut melihat orang-orang yang lagi diputar-putar diatas sana. Pengalaman pertama yang sangat berkesan. 😀

**

Ketika Ibu saya ke Jakarta, saya juga mengajak beliau ke dufan, tapi setelah menaiki cora-cora beliau menyerah karena ketakutan, hihihi… Akhirnya, beliau hanya mau menaiki wahana yang tidak bikin jantung berhenti berdetak seperti arum jeram.  sayangnya kami kesana ketika weekend dan dufan ramai bukan main, sampai waktu habis di antrian ke satu wahana, alhasil hanya sedikit wahana yang bisa kami nikmati. Beliau takjub dan katanya “kok bisa ya pada berani naik wahana-wahana ekstrim ini, sangat menguji nyali”.

With Mom :D
With Mom 😀

Selain dufan, banyak tempat rekreasi yang disediakan Ancol, seperti berenang seru di Atlantis sambil menikmati kolam ombak, kolam apung dan kolam jeram. Ada Ocean dream samudra dengan underwater show nya dan banyak lagi yang menarik dan seru.

**

Selain bermain di dufan, selalu saja ada alasan untuk ke Ancol. Pernah, suatu waktu hanya sekedar lari pagi, saya bersama teman-teman bela-belain ke Ancol dan lari santai disekitar pantai Ancol, ternyata rame juga orang bersantai dan berolahraga disini. Suasana memang menyenangkan dengan hembusan angin pantai yang melegakan.

Ancol memang selalu ramai tak kenal waktu, sampai ketika kami memutuskan singgah sebentar di Ancol setelah mengikuti kegiatan di suatu tempat (padahal tempatnya jauh dari Ancol tapi diusahakan singgah 😀 ) dan waktu sudah menunjukkan sekitar pukul sebelas malam. Dan ternyata oh ternyata, bukannya sepi tapi malah ramai banget keluarga-keluarga yang bersantai ria sambil menggelar tikar di tepi pantai, lengkap dengan perlengkapan makanannya serasa piknik di tengah malam.. hahaha..

Dan lagi, banyak anak-anak yang berenang di pantai Ancol, oh My, ini sudah pukul sebelas malam tapi suasananya kok seperti lagi sore hari, hahaha… saya tak habis pikir melihat pemandangan ini.. Katanya siy, biasanya mereka bersantai ria sampai agak tengah malam sampai tertidur ditepi pantai diterangi cahaya sang rembulan malam. Suasananya romantis yag, hahaa..

Dan hal gila juga pernah saya lakoni dengan beberapa teman, begadang di dermaga Ancol sambil curhat dari hati ke hati, tak terbayangkan hembusan angin pantai sampai menusuk tulang dan kami tak bergeming, sempat di tengah malam nan syahdu itu hujan rintik-rintik turut meramaikan, bukannya pulang kami malah mencari tempat untuk berteduh dan melanjutkan curhatan dari hati ke hati. Kami baru menyadari sudah satu malam kami duduk membentuk lingkaran kecil di tepi pantai itu ketika surya pagi mulai menampakkan sinarnya.. Jam enam pagi, mata mulai tak karuan dan beranjak pulang.

Ancol memang sangat cocok untuk melepaskan penat, berlibur bersama teman-teman, bersama kekasih dan bersama keluarga. Saya yakin kamu ingin merasakan pengalaman seru dan menarik bersama Ancol. Selamat berlibur!

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog dengan tema “Pengalaman Seru dan Menarik bersama Ancol” yang diselenggarakan oleh Kompasiana dan Ancol.

Categories
Travelling

Berlibur ke Jakarta

Seorang teman menelpon saya, dia hendak ke Jakarta dan saya kudu wajib menemani dia berkeliling Jakarta dan mengunjungi tempat liburan yang ada di Jakarta.

Otak seakan buntu sejenak, karena Jakarta yang saya pikir selama ini bukan tempat yang cocok untuk liburan, bahkan penghuni Jakarta sendiri bila ada waktu libur barang sebentar seperti weekend setiap akhir pekan akan segera meluncur ke kota terdekat dari Jakarta seperti Bandung, Bogor dan Puncak.

Maka tidak heran setiap Jumat sore sepulang jam kerja, jalanan akan lebih macet lagi dari hari biasanya. Nah, kalau sudah begitu saya ingin menghilang dari kota Jakarta dan sangat menghindari jam-jam tersebut untuk bepergian karena kota hampir mengalami kelumpuhan alias macet total setiap weekend.

Hal ini sudah menjadi sesuatu hal yang biasa bagi warga Jakarta dan pasrah akan situasi tersebut tanpa sadar kita berada di dalam bus, mobil atau motor di tengah jalan yang macet total (masih mending kalau jalannya padat merayap jadi masih ada pergerakan) tanpa ada pergerakan sama sekali dalam sekian waktu dan sebagian umur kita dihabiskan tanpa pergerakan itu. Kalau ditotal dari estimasi umur kita dan berapa lama kita habiskan di jalanan yang stagnan tanpa pergerakan itu sampai para pengguna jalanan Jakarta di situasi itu sering kali menyebutkan istilah ‘tua dijalan’.

*kembali ke cerita liburan*

Saya mulai mengingat-ingat ke tempat apa yang pantas si kawan diajak berlibur dan menikmati Jakarta tanpa adanya kesan Jakarta tempat yang penat dan sumpek. Mengajak dia ke mall yang begitu banyak di Jakarta menurut saya bukan tidak mungkin tapi merupakan pilihan yang kurang tepat menurut saya karena mall dimana saja hampir sama, auranya juga pasti aura belanja dimana pasti akan merogoh kocek dalam-dalam apalagi barang-barang yang di mall bukan barang murah.

Setelah berfikir keras, ide mulai muncul satu per satu, ahaaa…

Awalnya saya agak susah memikirkan tempat-tempat itu, karena setelah agak lama bermukim di Jakarta saya merasa tempat-tempat itu menjadi tempat yang biasa dan terlupa begitu saya, benak saya bahkan hanya berfikir kalau liburan ya keluar dari kota Jakarta.

Jakarta in the night
Jakarta in the night

Ternyata tanpa disadari atau tidak, kota Jakarta dengan gedung-gedungnya yang tinggi menjulang, jalanan yang penuh dengan deretan mobil, bus dan motor, di satu sisi juga menyuguhkan tempat-tempat menghilangkan penat di sudut-sudut kotanya.

Kebun Binatang Ragunan

Salah satunya adalah kebun binatang Ragunan. Kebun binatang ini berada di daerah Ragunan dan sudah dekat juga ke Depok. Di tempat yang luas ini, akan disuguhkan suasana yang berbeda dan jauh dari kepenatan dan panasnya kota. Banyak pohon yang tumbuh di sekitar kebun binatang dan ditata rapi. Banyak spesies binatang yang dirawat di kebun binatang ini dari jenis burung, ular, monyet, harimau, buaya sampai ke spesies yang tidak sering terlihat dan tidak biasa kita lihat.

Kebun binatang Ragunan sangat cocok untuk liburan keluarga, karena lokasinya yang sangat luas dengan pepohonan yang rimbun maka bisa sekalian piknik, keluarga bisa membawa bekal dan tikar, sambil menunggu anak-anak bermain dan belajar mengenal banyak jenis binatang, para orang tua bisa sambil duduk sambil bercengkrama satu sama lain.

Tiket masuknya juga sangat murah sekali dan terjangkau bagi semua kalangan masyarakat, hanya di bandrol  5ribu rupiah per orang dewasa dan 3ribu rupiah untuk anak-anak.

Setiap weekend, kebun binatang ini sangat ramai dikunjungi warga baik dari dalam atau luar kota dan menggelar tikar di sekitar pepohonan rindang itu. Hal itu sangat wajar menurut saya karena merupakan pilihan wisata yang murah dan mengasyikkan.

Ancol

Pantai Ancol, berada di utara kota Jakarta. Salah satu pilihan yang bagus bagi banyak orang. Lokasinya mudah dijangkau dan ada transjakarta atau busway (yang lebih familiar orang menyebutnya) yang bisa mengantar sampai ke loket masuk Ancol.

Memang transjakarta sudah disediakan di sekitar tempat-tempat wisata tersebut karena sudah pasti akan banyak orang yang akan berkunjung ke tempat tersebut sehingga kehadiran transjakarta ini sangat memudahkan para pengunjung untuk menjangkau tempat-tempat tersebut.

Dengan membayar tiket 15ribu per orang, kita sudah dapat menikmati dan berkeliling sepanjang pantai Ancol. Namun bila kita ingin menikmati fasilitas dan wahana-wahana yang disediakan manajemen Ancol seperti dufan, seaworld, gondola maka kita harus merogoh kocek lagi sekitar 100 ribuan. Walau begitu, banyak sekali orang yang rela akan hal itu demi menikmati fasilitas tersebut dan itu worth it.

Seperti dufan misalnya, kita harus merelakan uang keluar diatas 100ribu rupiah untuk menikmati segala wahana yang sensasional itu. Setelah membayar sekitar 100ribu atau bahkan 200ribuan (saya kurang tau pastinya berapa sekarang) maka di pintu masuk tangan kita akan di stempel cap dufan pertanda kita sudah membayar dan berhak menikmati segala wahana di dufan. Semakin berjalan ke area dufan, teriakan sana sini akan terdengar, bukan teriakan apa-apa tapi teriakan ekspresi bahagia menghilangkan penat, ekspresi menghilangkan ketakutan dan menantang diri sendiri untuk menaiki setiap wahana di dufan yang setiap wahana nya memiliki sensasi tersendiri dan tidak jauh-jauh dari ketinggian dan memacu adrenalin.

Monas

Monas atau Monumen Nasional, berada di jantung ibukota, dekat dengan stasiun gambir dan transportasi sangat mudah untuk mencapainya. Monas juga merupakan lambang kota Jakarta, jadi bagi pengunjung Jakarta belum sampai Jakarta rasanya bila belum sampai di Monas, hehehe..

Monas with the lanscape
Monas with the lanscape

Untuk masuk ke Monas kita harus membeli tiket terlebih dahulu, apa yang bisa kita dilakukan di Monas?? Di dalam tubuh Monas terdapat museum sejarah Indonesia, kita bisa flashback ke masa lalu dan merasakan aura perjuangan di dalamnya. Selain itu kita juga bisa naik ke puncak Monas menggunakan lift, dari atas puncak kita bisa menikmati luasnya kota Jakarta dengan tatanan kotanya yang luar biasa, namun untuk naik ke puncak Monas hanya terbuka sampai pkl. 13.00, jadi bagi kamu yang ingin naik ke puncak tibalah di Monas sebelum pkl. 13.00.

Kota Tua

Kota tua berada di daerah Kota, Jakarta Pusat. Kenapa disebut Kota tua karena tempat ini memang sudah tua dan kota peradaban masa lampau. Hal ini terlihat dari bangunan peninggalan sejarah yang masih asli dan tuaaa sekali.

Daerah Kota memang mempunyai suasana yang berbeda dengan sudut kota Jakarta yang lain. Di balik gedung-gedung mewah nan megah itu, masih tersimpan bangunan kuno yang masih dipertahankan oleh masyarakat dan pemerintah. Sebelum tiba di komplek Kota tua yang dijadikan objek wisata itu, sepanjang perjalanan juga memang berderet bangunan pertokoan dan rumah yang sangat padat dan dengan arsitektur yang kuno menandakan memang bagunan di sekitar itu sudah sangat lama bahkan sebagian sudah tak berpenghuni dan dibiarkan rusak begitu saja.

Dari kepadatan bangunan yang ada, kita bisa membayangkan bagaimana kota ini tempo dulu menjadi pusat atau jantungnya ibukota, segala aktivitas masa lampau seakan tersirat dari berderetnya bangunan seperti pertokoan tanpa celah sedikitpun.

Tiba di Kota tua, jreeng..

Ternyata Kota tua saat ini tidak sebagus dulu, tidak ada keindahan semburan masa lampau yang ditunjukkan, bangunannya sudah tidak terawat dengan baik. Yang ada di depan bangunan yang sudah tidak jelas bentuknya itu sudah sangat banyak para pedagang yang menjajakan dagangannya sampai tukang ramal saja buka lapak di daerah itu.

Beberapa tahun yang lalu, masih banyak orang yang membuat foto prawedding nya atau bahkan para fotografer hobby mengambil spot di Kota tua, karena banyak spot yang bagus untuk lebih di ekslpor oleh para fotografer. Namun, walaupun begitu pengunjung Kota tua bejibun dan tak terhitung karena ramee sekali..

Many people visit Kota Tua
Many people visit Kota Tua

Untuk kuliner khas Jakarta, ada pedagang kerak telor di seputaran Kota tua, kita bisa menikmatinya dengan membayar 10-15 ribu rupiah. Selain itu, masih ada juga jasa foto dengan mobil antik yang diparkir di depan bangunan kuno itu.

Lebih dalam berjalan di Kota tua, ada lapangan luas dengan bertebaran manusia yang berkunjung ke tempat itu. Ada deretan sepeda yang parkir dan disewakan, selain sepeda modern ada juga sepeda ontel lengkap dengan topinya, sehingga penelusuran sejarah kita semakin lengkap.

Suatu sudut museum Bank Indonesia
Suatu sudut museum Bank Indonesia

Disekitar Kota tua, banyak terdapat museum yang bisa kita kunjungi seperti museum Bank Indonesia, museum Bank Mandiri, museum Fatahillah, museum Wayang dan lainnya.

Dari berbagai suguhan kota Jakarta, jadi Jakarta juga bisa jadi pilihan wisata kita ^^