Categories
Travelling

[Part II] Pulau Harapan, Berlari Bersama Mentari

Setelah sampai di homestay, saya langsung merebahkan diri di dinding dekat kamar, mendekati kipas angin yang mengirim sedikit kelegaan setelah hampir tiga jam terpanggang matahari seperti cerita saya disini..

Makanan sudah terhidang, rasa lapar memang sudah terasa, sarapan tadi pagi masih belum nendang dan tak bisa menahan perut lebih lama, hehehe..

Kami lahap menyantap makanan yang sudah disiapkan pemilik homestay,  selain rasanya yang nikmat menggoyang lidah, rasa lapar karna lelah sangat mendukung. Tak berlama-lama kami beristirahat di homestay, aroma laut sudah memanggil-manggil dari tadi, jadi bergegas kami ke dermaga dan goo…!

Perahu perlahan meninggalkan dermaga dan menuju pulau-pulau yang akan kami selami. Ada beberapa pulau kecil yang berada di sekitar Pulau Harapan, dan terumbu karang di sekitar pulau-pulau itu terkenal ciamik. Tak perlu berlayar terlalu lama, sekitar setengah jam perjalanan kami sudah sampai di spot yang bagus untuk menikmati indahnya etalase laut itu. Seorang awak kapal menyebur untuk memastikan bahwa tempat perhentian kami ini memang spot terbaik di sekitar pulau kecil ini.

Perlengkapan snorkeling siap terpasang dikepala dan mulut, dan byuurr… satu persatu melompat dari kapal dan mulai asyik menikmati indahnya alam Indonesia. Bagaimana tidak bersyukur kita punya alam seindah ini di Nusantara, sampai-sampai alam indah ini membuat iri negara-negara sebelah. Alam sudah menyuguhkan beribu pesona tak terbantahkan dan sekarang tugas kita untuk menjaga alam ini tetap lestari dan  terhindar dari pengrusakan liar, yah paling tidak berkunjung tanpa merusak harmoni biota yang sudah ada.

Beberapa spot terbaik untuk menikmati terumbu karang di sekitar Pulau Harapan seperti Pulau Kayu Angin Sepa, Pulau Bira, Pulau Bulat, Pulau Papatheo, Pulau Pelangi. Tapi spot terbaik bagiku menikmati coral-coral yang paling bagus itu ada di Pulau Bira. Ada juga Pulau Kotok yang sering dijadikan tempat diving para diver.

Kegiatan snorkeling ini memang memancing rasa lapar cepat muncul kembali, kapal kami kembali melaju ke tepian sebuah pulau. Pulau ini terdapat dua warung yang biasa menjadi tempat persinggahan bagi para wisatawan yang asyik snorkeling di dekat pulau ini. Pulau ini kecil dan tak berpenghuni. Selain kami ada juga komunitas lain yang singgah ke pulau ini. menikmati gorengan dan air kelapa muda memang nikmat sambil memandang ke laut lepas… hihihi..

Agak lama kami bersantai di pulau ini, yah sekalian menunggu teman-teman yang lain yang penasaran untuk mengeskplor pulau ini. Bermain air laut yang putih bening menyapu bibir pantai berpasir putih satu simponi yang indah, menikmati surga yang mungkin esok takkan sama lagi.

Santai di tepi pantai!
Santai di tepi pantai!

Puas menikmati pulau ini, kami kembali beranjak ke kapal dan melipir ke pulau yang lain, ombak agak mengguncang kapal kami sore itu, tapi tak ada yang gentar, pulau-pulau itu masih menanti untuk di eksplor, hihi..

Sore telah datang, kami baru naik ke kapal, tak terasa rasa lelah telah menggelayut setiba diatas kapal, sang mentari perlahan meninggalkan peraduannya di bagian barat, kapal kami bergerak dengan perlahan, hening itu yang saya rasakan, kami bener-bener menikmati aroma sunset walau menikmati sunset di tengah jalan diatas kapal. Kami menikmati setiap detik pergerakannya sampai sisa-sisa binarnya masih terasa ketika kami menginjakkan kami kembali di dermaga Pulau Harapan. Rasa senang tentu saja menghiasi senyum kami sore itu.

senja di harapan

Saya ingat, kamar mandi di homestay hanya dua dan kami ada sekitar 10 orang cewek, jadi saya memilih leyeh-leyeh  dulu bersama Tommy di dekat dermaga. Disini ada semacam pasar malam kecil yang menjual aneka ragam makanan. Kami sengaja mencari makanan yang khas tapi tidak ada, tidak ada yang unik di deretan makanan-makanan itu. Akhirnya saya dan Tommy memilih melahap gorengan di pinggir jalan disamping dermaga..Ehhmm.. yummmyy..saya menyantap gorengan yang masih panas sambil meniup-niupnya biar cepat dingin. ( ngga tahu lapar apa emang doyan, hahaa..  😀 )

Karena capek banget, jadinya tidur pun nyenyak, pagi hari berasa cepaat banget datangnya. Kami bergiliran mandi. FYI, air di kamar mandi homestay di pulau ini tidak tawar, asin, jadi walaupun udah mandi tapi masih berasa kurang segar, hihihi.. jadinya rambut yang dikeramas kalau diraba berasa kasar.

Setelah voting, kami sepakat hari ini kami tidak akan snorkeling, sebagian bilang sudah puas sebagian bilang sudah capek, jadi kami putuskan hari ini benar-benar menikmati pulau dan bibir pantainya. Segera berangkat, kami bergegas kembali ke dermaga. Bapak pemilik kapal kami bersama tiga orang anaknya sudah menunggu kami.

Kali ini saya duduk dekat bapak pemilik kapalnya ( saya lupa nama bapaknya, huhu..).  Bapak banyak cerita mengenai rumahnya yang nun jauh di seberang lautan sana. Pulau Sebira  sekitar 4-5 jam dari Pulau Harapan. Disana pulaunya lebih bagus dan lebih jernih katanya, terumbu karangnya juga jauh lebih bagus. Oooo… saya hanya bisa manggut-manggut, saya pikir Bapak warga Pulau Harapan, ternyata dari pulau yang kalau dipandang dari sini takkan terlihat digaris batas pembelah langit dan bumi. “Disana sudah ada air tawar, jadi kalau mandi ngga perlu pakai air asin lagi,”katanya pula. Widiih, kok lebih canggih yah daripada Pulau Harapan.

Bapak ini lantas mengundang kami untuk datang ke rumahnya, mau siiyy.. tapi,.. tapii.. jauuh banget, butuh satu hari waktu untuk perjalanan saja.. hmm… mungkin lain waktu ada kesempatan kesana.

Kami telah sampai di satu pulau, hari ini kami bebas keliling pulau. Kami menyebar, mencari spot bagus untuk foto-foto (biasaa narsis  hehe..). Eh, tiba-tiba nemu pantai ini, ada tempat duduk yang sengaja dibangun di tepiannya. Saya tak melihat sedikitpun jejak kaki dsini, tandanya belum ada yang menginjak pantai ini yah paling tidak sepanjang hari ini, suasana sepi, suara teriakan terdengar samar disebelah sana, tapi suara ombak yang menghempas pantai lebih terdengar jelas. Angin yang semilir mengelus kulit terasa lembut dan bau pantai yang khas. Nikmat banget dan sejenak saya hanya terdiam dan menatap jaauuuh.. Tatapan terhentak seketika waktu teman-teman berlarian dan berteriak histeris ke pantai tempat saya berdiam itu, seketika pula pantai itu menjadi ramai.

Pantainya sepi, hanya suara ombak dan burung yang terdengar samar
Pantainya sepi, hanya suara ombak dan burung yang terdengar samar

Hari ini kami hanya setengah hari. Tengah hari kami harus kembali ke Jakarta. ada dua kapal penumpang yang siap mengangkut penumpang untuk dihantarkan ke Jakarta siang ini. kapal yang kami tumpangi terlihat semakin penuh. Saya menduga siang ini matahari akan sangat garang bersinar jadi saya minta Tommy agar kami ambil posisi duduk di dalam kapal saja, tapi Tommy menolak dan memilih nangkring diatap kapal, uugghh.. nurut juga deh, daripada pisah, ga asik banget apalagi kapal kami semakin sesak dipenuhi penumpang. Ternyata peminat diatap kapal cukup banyak, sampai kami berebut space dengan tiga orang bule Jepang (dari bahasanya siy Jepang, kok sok tau gini yah hihi).

Setelah lama menunggu, akhirnya kapal melaju, karena kami berada diatas atap dan ombak siang ini lebih ganas dari kemarin, jadi kami terombang ambing diatasnya, sebagian berteriak samar ketika kapal diayun ombak, kami ternyata harus dipanggang kembali, uughh.. saya coba untuk tidur ditutupi handuk lembab, tapi tidak bisa,ombaknya terlalu tinggi untuk menina bobokkan saya, haha… Eh, tapi ada bonusnya ketika saya tidak tidur dan menikmati sepanjang perjalanan pulang ini, mau tauuu… hihi.. sepasang lumba-lumba mulut botol melompat beriringan tepat di sebelah kapal kami. Huuuaahh.. bonus banget ini mah. Lumba-lumba ini tanpa malu menunjukkan keanggunannya dan beberapa kali menampakkan diri. Hmmm.. I love Indonesia. ^^

Categories
Lomba Travelling

Kepulauan Seribu, Keindahan Di Ujung Jakarta

Berwisata ke Jakarta??

Mungkin tidak terpikir dibenak banyak orang untuk menghabiskan waktu liburan yang indah di seputaran DKI Jakarta. Yang ada, orang berbondong-bondong keluar dari daerah Jakarta menjauhi penat dikala waktu liburan tiba. Tapi tidakkah terpikir bahwa DKI Jakarta masih memiliki surga tersembunyi di sudut-sudutnya dan jauh dari hiruk pikuk Jakarta yang notabene-nya adalah kota metropolitan yang penuh sesak dan penat. Citra Jakarta tercoreng karena macet sepanjang usia, banjir yang rajin datang tak diundang, kawasan kumuh berjejer di bantaran sungai dan persis di samping gedung pencakar langit yang menjulang.

Sungguh ironis memang, tapi jangan pernah kecewa dengan ibukota ini, DKI Jakarta masih banyak potensi indah tak kalah dengan daerah-daerah lain. Di sudut utara DKI Jakarta, tersebar gugusan pulau-pulau kecil yang jumlahnya ratusan yang akhirnya disebut sebagai Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu masih berada di wilayah DKI Jakarta, tepatnya berada di diujung teluk Jakarta. Kepulauan Seribu menjadi salah satu Kabupaten Administrasi di DKI Jakarta.

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mempunyai jumlah penduduk sebanyak lebih kurang 20.000 jiwa yang tersebar di sebelas pulau-pulau kecil berpenghuni. Kesebelas pulau tersebut di antaranya Pulau Untung Jawa, Pulau Pari, Pulau Lancang, Pulau Tidung Besar, Pulau Tidung Kecil, Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Harapan, Pulau Kelapa, dan Pulau Sebira. Selain pulau-pulau berpenghuni, terdapat pula beberapa pulau yang dijadikan sebagai pulau wisata, seperti Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Kotok Besar, Pulau Puteri, Pulau Matahari, Pulau Sepa, dan sebagainya. (http://id.wikipedia.org/)

Di wilayah kabupaten ini terdapat pula sebuah zona konservasi berupa taman nasional laut bernama Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKS). Sebagai daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan di dalamnya juga terdapat zona konservasi, maka tidaklah mengherankan bilamana pengembangan wilayah kabupaten ini lebih ditekankan pada pengembangan budidaya laut dan pariwisata. Dua sektor ini diharapkan menjadi prime-mover pembangunan masyarakat dan wilayah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. (http://id.wikipedia.org/)

Saat itu, saya bersama teman-teman memutuskan melewati weekend bersama di Kepulauan Seribu dan kami menginap di Pulau Tidung. Perjalanan ke Pulau Tidung mulai dari Muara Angke. Muara Angke merupakan pelabuhan nelayan dan juga terdapat kapal penumpang yang menghubungkan daratan Jakarta dengan Kepulauan Seribu. Berdekatan dengan dermaga Muara Angke terdapat pasar tradisional tempat dimana para nelayan menjual hasil tangkapannya. Ikan-ikan yang dijual di pasar ini masih sangat segar dan banyak sekali jumlahnya.

Pasar ini yang menjadikan akses menuju dermaga Muara Angke agak tersendat, kemacetan yang luar biasa apalagi saat weekend seperti ini banyak sekali wisatawan berkumpul di Muara Angke untuk berangkat menuju Kepulauan Seribu. Pasar juga menyebabkan jalanan yang kurang terawat dan bila hujan akan menyebabkan air tergenang dimana-mana dan becek. Sampai-sampai salah satu teman saya tercebur ke sekolan karena sudah tidak bisa membedakan mana selokan dan jalan, semua sudah menjadi satu dan rata. Pasar ini juga menyebabkan bau amis yang membahana kesetiap ruang udara yang terhirup hidung. Karena akses menuju dermaga sangat macet dan tidak mau ketinggalan kapal untuk menyeberang ke Kepulauan Seribu, maka kami memutuskan jalan kaki dari lokasi macet total itu. Berbaris-baris langkah kami ayunkan menembus kemacetan. Tidak hanya kami, rombongan lain juga ternyata begitu. Sungguh perjuangan sekali menuju dermaga Muara Angke.

Setelah melewati pasar yang sumpek dan berbau amis akhirnya terlihat dikejauhan sekumpulan orang yang sudah berkumpul dan membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan rombongannya. Saatnya berangkat, tanda kapal sudah mau berangkat dibunyikan. Kami tak berlama-lama berhenti di tepi dermaga. Berebut lapak di kapal ekonomi itu juga ternyata sangat penting dan menentukan kenyamanan selama menikmati ayunan ombak menuju Kepulauan Seribu.

Tak bisa disesalkan memang, kami dapat lapak untuk duduk lesehan tepat disamping mesin dibelakang kapal . Kapal akan segera berangkat dan mesin dinyalakan. Tak disangka bunyi mesin ini lama-lama sangat memekakkan telinga dan menjadikan sekitarnya agak panas. Kapal tetap melaju meninggalkan dermaga. Saya masih belum menggubris bunyi mesin yang memekakkan itu, saya memandangi keluar kapal, melihat sekitar dermaga sebelum tertinggal jauh. Kondisi dermaga yang agak awut-awutan tidak mengurangi wisatawan yang berhasrat menikmati indahnya alam Kepulauan Seribu.

Air laut di tepi dermaga coklat kehitaman dan pekat. Kapal-kapal nelayan yang besar berjejer di tepi dermaga, para nelayan mengangkut hasil tangkapannya untuk ditimbang dan dipasarkan. Bau amis masih merajalela. Mungkin para warga nelayan ini sudah tidak merasakan bau yang menyengat ini, sudah terbiasa dan inilah salah satu bagian hidup mereka.

Kapal bergerak semakin menjauhi dermaga, setengah jam berlalu dengan alunan angin sepoi yang tak mampu menyirnakan suara mesin yang bising. Kesabaran tak dapat terbendung, suara mesin ini sangat mengganggu dan saya bersama teman nekad mau ke depan kapal melewati tubuh-tubuh yang bergelimpangan terlelap seiring hembusan angin laut yang menghipnotis. Akhirnya kami mendapatkan posisi yang nyaman diujung kapal.

Pulau seribu memang benar-benar bertebaran, kami mulai menerka pulau mana yang akan menjadi tempat kami mendarat setiap beberapa pulau mulai mendekat dan terlewati. Bagi para wisatawan tentunya agak susah untuk menerka nama-nama pulau yang sudah terlewati itu, semua tampak sama.. hahaa.. Semakin berada di lingkup Kepulauan Seribu, birunya laut semakin menampakkan diri, hal ini tentu jauh berbeda dengan wajah dermaga Muara Angke yang hitam pekat itu. Hasrat untuk menyebur semakin membuncah, tak sabar menyapa biota laut Kepulauan Seribu.

Kami tiba di dermaga Tidung disambut guide asli warga tidung. Dia mendampingi kami sampai ke penginapan dan memberikan arahan mengenai itinerary selama di Kepulauan Seribu. Tak lama kami bersiap langsung berangkat untuk menuju spot yang bagus untuk snorkeling. Kami menggunakan kapal nelayan yang kecil yang muatannya sekitar 15 orang dengan tiga orang awak kapal. Mereka asli warga Kepulauan Seribu. Perjalanan menuju pulau tempat snorkeling yang bagus memakan waktu sekitar hampir satu jam perjalanan.

Selama perjalanan, selain bersenda gurau saya mendekati para awak kapal yang tampaknya masih malu-malu bergabung bersama kami untuk saling menyapa. Saya memulai pembicaraan yang kemudiaan suasana perbincangan mulai hangat, teman yang lain akhirnya ikut menimpali percakapan kami. Sudah tidak ada pemisah antara tamu wisatawan dan pekerja awak kapal. Si bapak asyik bercerita mengenai tanah kelahirannya itu. Terlihat jelas kebanggaannya terhadap Kepulauan Seribu. Dalam ceritanya dia juga turut serta untuk tetap menjaga kelestarian alam Kepulauan Seribu. “Alam ini adalah hidup kami, jadi kami harus terus menjaga keutuhan hidup kami”, katanya.

Spot pertama sudah didepan mata, kapal berhenti dan kami bersiap memakai perlengkapan snorkeling dan byuuurr… satu persatu melompat ke laut jernih itu. Laut jernih itu mempertontonkan terumbu karang yang indah yang semakin menarik kami untuk segera menceburkan diri dan menyapa terumbu dengan segala ikan yang berenang bebas itu.

Kepulauan Seribu yang hanya beberapa kilometer jaraknya dari hiruk pikuk kota metropolitan Jakarta, ternyata masih mengandung alam yang asri terutama alam bawah lautnya. Terumbu karang tumbuh subur disini, tak terusik dan bebas bermain dengan ikan-ikan kecil yang lalu lalang. Bahkan terumbu karang ini sangat dekat dengan permukaan laut sampai di beberapa titik saya terkena goresan terumbu yang mencuat tipis di permukaan laut. Sungguh alam Kepulauan Seribu masih menjadi surga lautan dengan segala isinya. Tak heran para pencinta snorkeling dan diving masih memilih Kepulauan Seribu menjadi destinasinya.

Keindahan bawah laut Kepulauan Seribu ini semakin menarik saya untuk berhasrat sampai kedasarnya dan menyapa ikan-ikan yang berenang dalam dan malu-malu. Saya mengajak teman saya untuk mencoba free diving ke kedalaman laut itu, tapi kenapa tidak bisa, kami mencoba beberapa kali tapi kami masih tetap berada di permukaan laut. Setelah percobaan beberapa kali itu baru kami menyadari kalau kami masih mengenakan jaket pelampung, hahaha.. jadi mau seribu kalipun dicoba untuk membenamkan diri hingga ke dasar takkan bisa, kami hanya tertawa terpingkal akan tingkah yang konyol itu.

Tak cukup disitu saja, kapal melaju kembali, berpindah tempat mencari spot baru untuk bersnorkeling ria kembali. Tak lupa pula jempretan foto berkali-kali bahkan mungkin sampai ratusan pose sudah terekam dalam foto. Tak pernah bosan dan sungguh bahagianya hari itu. Spot baru sudah sampai dan menyebur kembali. Indah dan berdecak kagum akan keindahan alam ciptaan tuhan ini, dan alam indah ini tidak perlu jauh-jauh dari Jakarta untuk mendapatkannya. Keindahan alam ini masih dalam pelukan DKI Jakarta.

Sehari penuh bersnorkeling ria, kulit tersengat matahari tak masalah bagi kami, yang penting happy ^^

Kembali ke Pulau Tidung, membersihkan diri, istirahat sejenak dan menikmati pesona pulau ini. Malamnya sudah disediakan ikan barbeque di tepi pantai. Diiringi desiran ombak kami menyantap menu ikan bakar ini. Nikmat dengan ikan yang masih segar. Penerangan hanya mengandalkan lampu seadanya dengan sinar sang rembulan. Siluet daun kelapa melambai tampak di kejauhan di tepi pantai. Salah satu cara menikmati pulau ya menghabiskan malam ditepi pantai dengan obrolan seru. Malam semakin larut, kami kembali ke penginapan, kami harus istirahat untuk menjaga stamina untuk kegiatan esok harinya.

Suatu senja di Kepulauan Seribu
Suatu senja di Kepulauan Seribu

Malam telah lalu, hari berganti. Karena terlalu lelap tidur, kami ketinggalan menikmati sunrise..haha.. tidak apa-apa, kami menghibur diri. Kami naik sepeda menuju jembatan cinta. Jembatan ini menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil. Kami menyusuri jembatan ini menuju Tidung kecil. Setelah puas bermain di Tidung Kecil, kami kembali dan kembali ke penginapan.

Jembatan Cinta
Jembatan Cinta

Masih ada waktu menunggu siang untuk kembali ke dermaga Muara Angke, saya dan beberapa teman tak mau waktu terbuang begitu saja. Kami ambil sepeda dan mulai menggowesnya. Mulai kami susuri setiap sisi sepanjang Pulau Tidung. Sesekali kami bersinggungan dengan para pesepeda yang lain yang juga mengelilingi pulau ini.

Ternyata selama mengelilingi pulau dengan menyusuri garis pantai yang mengelilinginya, ada beberapa spot tersembunyi yang jauh dari keramaian namun spot itu tidak kalah indahnya. Ada beberapa saung yang disediakan disitu, entah itu milik pribadi atau umum, kami berhenti sejenak dan berleha di selasar saung itu. Pandangan ke laut lepas dengan warna gradasi biru, indah dan masih mengagumi ciptaan tuhan itu.

Kami kembali ke penginapan tepat waktu. Teman-teman lain sudah siap menenteng ransel masing-masing. Guide kami sudah menjemput dan kapal juga segera berangkat. Kami ke dermaga, ucapan terima kasih kepada guide dan selamat tinggal kepada alam indah Kepulauan Seribu. Mungkin kata yang tepat bukan selamat tinggal tapi sampai berjumpa kembali. Saya ingin kembali ke sana, alam indah ini tak cukup dinikmati sekali saja. Masih butuh waktu untuk menyusuri pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu yang mungkin jauh lebih indah lagi. Saya akan kembali.

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog kerjasama DKI Jakarta dengan VIVA.co.id

enjoy jakartavivalog

Categories
Travelling

Kepulauan Karimun Jawa

Keinginan untuk mampir menikmati sensasi bawah laut kepulauan karimun seperti yang banyak orang ceritakan dan foto-foto mereka yang sudah kesana sangat bagus membuat iri saya dan teman saya. Maka kita sudah merencanakan berangkat tanggal 14 Maret 2013 dari Bandung. Awalnya pengen backpacker ria dengan modal mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui artikel dan cerita orang-orang. Namun berhubung kami belum ada satu pun yang pernah kesana maka tidak ada bayangan jelas bagaimana pengurusan seperti tiket kapal, penginapan dan penyawaan alat snorkel.

Maka sekitar seminggu lebih sebelum berangkat kami memutuskan untuk mencari travel agen saja. Dan hal ini sudah pasti terkesan terburu-buru dan kurang perencanaan, kalau orang lain mungkin sudah memesan travel agen jauh-jauh hari sehingga tidak kesulitan.

Dan memang agak kesulitan bagi kami mencari travel agen karena sebagian besar travel agen bilang trip ke karimun sudah penuh. Dengan keyakinan yang pasti dan keinginan yang sudah tak terbendung lagi untuk segera menikmati indahnya surga bawah laut bumi karimun,  kami tetap berusaha mencari dan akhirnya menemukan travel agen yang sangat beruntung karena bersedia membantu kami untuk trip ke Karimun Jawa.. yiiihiii… semangat semakin memuncak mendekati hari H keberangkatan, maklum semua memang banci jalan-jalan. Hahaha..

Berhubung travel agen kami ini tidak menyediakan bus Bandung-Jepara PP alias meeting pointnya di pelabuhan Kartini Jepara, jadi kami harus mencari bus PP Bandung-Jepara.

Dari info yang saya terima, katanya kalau dari Bandung naik bus kramatdjati saja. Maka saya mulai browsing dan mendapat tiket kramatdjati diskon untuk rute Bandung-Jepara yang hari Kamis tanggal 14 Maret 2013. Yang semula seharga 95ribu rupiah per orang menjadi 72ribu per orang. Langsung lah saya pesan untuk 5 orang untuk keberangkatan saja dulu.

Dan ternyata oh ternyata, si agen bilang kalau kapal tidak jadi berangkat hari Jumat tanggal 15 Maret 2013 karena faktor cuaca, jreeeng… tiket bus nya kan sudah dibeli… huufftt.. mikir lagi niy kita..

Dan jadwal keberangkatan dari pelabuhan Jepara menjadi Sabtu, 16 Maret 2013. Kegalauan sempat terjadi, apakah kita tetap berangkat hari Kamis malam dan main dulu di Jepara menunggu hari Sabtu atau merelakan tiket bus yang sudah terlanjur dibeli.. hmmm…

Yang bertugas untuk menghubungi si agen kan Kak Rahma. Saya ga tau jurus apa yang dia bikin dan akhirnya agen mau antar-jemput kami Bandung-Jepara PP 100ribu per orang. Angin seger berhembus kembali dan kami langsung meng-iya-kan. Tawaran tak datang dua kali kawaaan. Haha..

Dan memang secara kebetulan,agen mau sekalian mengantar peralatan snorkel ke Karimun, timing nya memang pas banget.. ya gimana yaa, kami memang selalu dinaungi dewi keberuntungan.. hehehe

Jumat malam, 15 Maret 2013, kami berangkat meninggalkan Bandung menuju Jepara sekitar pkl 20.00. kami berlima cewek + satu driver alias agen kami tercinta (cowok) dengan mobil pribadinya. Peralatan snorkel yang bakal dia antar ke Karimun di mobil satu lagi yang nguntit kami dari belakang.

here we are (left-right : Rika, kak Bunga, Enjel, Kak Frida, Kak Rahma)
here we are (left-right : Rika, kak Bunga, Enjel, Kak Frida, Kak Rahma)

Aura excited sangat terasa, sepanjang malam kami lalui bersama tanpa adanya keheningan sejenak. Ada saja yang mau diceritakan menjadi bahan lolucon, menjadi ocehan humor sampai ngakak tak henti sampai wajah pegel dan perut keram karna tertawa berkepanjangan. Pada intinya, malam itu kami lalui dengan tertawa berkepanjangan. Hahaha

Malam semakin larut, karena kelelahan tertawa, satu persatu mulai terdiam dan terlelap. Hanya agen dan kak Rahma yang bertahan melek sampai tujuan.

Pagi mulai datang, dibalik kaca mobil yang terus melaju, saya dapat menikmati sunrise yang mulai muncul di balik rumah-rumah dan persawahan yang kami lalui. Indah dan berdecak kagum, karna sunrise kali ini indah banget walaupun masih diperjalanan.

Tiba di pelabuhan kartini di Jepara pkl.07.00 hari Sabtu, 16 Maret 2013. Berhubung kami akan menggunakan kapal express Bahari yang berangkat pkl. 11.00 jadi kami masih ada waktu untuk sarapan dan nongkrong.

Kapal Express Bahari di dermaga Kartini,Jepara
Kapal Express Bahari di dermaga Kartini,Jepara

Terlihat dari jauh kapal express Bahari mulai merapat ke dermaga, kami siap-siap untuk mengantri dan menggenggam tiket masing-masing. Kata mas agen siy, weekend begini sangat susah mendapatkan tiket express Bahari apalagi banyak calo yang bertebaran yang kemudian merusak harga yang harga seharusnya 84ribu rupiah bisa menjadi sekitar 100ribu rupiah. Itu juga susahnya kalau kita tidak memakai jasa agen, yang tujuan kita untuk bersantai ria menikmati liburan akan agak menguras waktu untuk mengurus masalah pencarian tiket, penginapan, nego kapal untuk hoping island dan lainnya. Karna kami memakai jasa agen, jadi perjalanan lebih santai tanpa memusingkan hal seperti itu. Hehe…

Perjalanan yang ditempuh menuju pulau Karimun menggunakan kapal express Bahari sekitar 2 jam, sangat jauh berbeda bila menggunakan kapal KM Muria (kapal ferry) yang menempuh waktu sekitar 6 jam dengan harga tiket 35ribu rupiah saja (sampe di Karimun bisa lumutan saking lamanya perjalanan)..

Kami tiba di dermaga karimun sekitar pukul 13.00, dijemput dan diantar menuju homestay. Sesampainya di homestay kami disambut pemilik rumah dengan ramah, makan siang juga sudah tersedia lengkap dengan minuman air kelapa pelepas dahaga.

Ternyata, tidak kami saja di homestay ini, ada rombongan bapak dan ibu dari Solo. Awalnya senyum-senyum saja, namun karena sepanjang waktu di Karimun kami bersama, jadinya kenalan satu sama lain.

Hari pertama kami di karimun, setelah makan siang kami asik bercengkrama, cerita terus berlanjut mungkin sudah menembus dunia antah berantah, mulai membersihkan badan dan istirahat.

Sekitar pkl. 17.00 kami bangun dan bergegas ke dermaga sebelum ketinggalan menikmati sunset di tepi dermaga Karimun. Dan beruntungnya, sunsetnya indah sekali. Kenarsisan mulai keluar, kamera sana sini mulai dikeluarkan dan berfoto mengabadikan sunset nan indah. Laut juga jadi sangat indah berkilat-kilat diterpa sinar matahari yang ingin kembali ke peraduannya.

sunset di dermaga Karimun
sunset di dermaga Karimun

Setelah makan malam, acara bebas sebebas kami bercerita yang ada saja yang bisa menjadi bahan tertawaan. Sampai sampai jam 23.00 kami masih ngakak di kamar, dan bapak pemilik rumah di ruang tamu kaget mendengar tertawaan kami yang tiba-tiba dan menguasai ruangan.. hehe, maap ya Pak, rumahnya jadi rame mulu sampe tengah malam.

Hari kedua kami di karimun, makan pagi 06.30, mulai siap-siap menuju dermaga dan menunggu guide mempersiapkan alat snorkel.

Sebelum naik kapal, jepreeett.. foto dulu..

Berdasarkan keadaan cuaca, guide membawa kami ke wilayah barat, katanya cuacanya lebih bagus. Dan kapal mulai meninggalkan dermaga. Sepanjang perjalanan kami menikmati alam indah yang terhampar luas, laut yang bersih dan pesisir yang cantik. Kelima gadis Bandung ini tak berhenti berfoto ria, bapak-bapak yang dari Solo hanya sebagian yang narsis, yang lainnya kebagian jadi tukang foto saja.. ehehehe

Pesisir karimun Jawa
Pesisir karimun Jawa

Kapal mulai berhenti dan guide mulai nyebur memastikan tempat yang bagus untuk snorkeling, dan tempat kami pertama snorkeling ini adalah pulau tengah. Dan tidak salah, sangat cantik alam bawah lautnya. Dan kami pun tidak lupa mengabadikan keindahan alam karimun itu.

snorkeling asik!
snorkeling asik!
usaha menggapai karang haha...
usaha menggapai karang haha…
indahnya bawah laut Karimun
indahnya bawah laut Karimun

Setelah asik snorkeling, kami merapat ke tepi pantai pulau Tengah dan menikmati suasana pantai dengan pasir putihnya yang bersih dan menawan sambil menunggu makan siang terhidang. Kali ini, kami menyantap ikan bakar khas Karimun. Cukup ramai juga yang makan siang di Pulau Tengah.

Pulau Tengah, Kepulauan Karimun
Pulau Tengah, Kepulauan Karimun
pantai yang jernih dengan pasir putihnya
pantai yang jernih dengan pasir putihnya

Selanjutnya kami berangkat ke Pulau Kecil untuk snorkeling kembali, dan tak kalah indahnya, kami sangat menikmati keindahan surga bawah laut itu.

Pulau Kecil, Kepulauan Karimun
Pulau Kecil, Kepulauan Karimun

Sebelum kembali ke homestay, kami mampir ke pulau Gosong, namun sayang, pulaunya terkena pasang sehingga air naik sampai sepaha. Nah, karena tak terlalu dalam dan bisa jalan saja maka ibu-ibu Solo berani turun dari kapal. Jadi mereka tidak ikut snorkeling, cuma berani turun di Pulau Gosong, hahaha.. rugi banget kaan..

pulau gosong yang sedang pasang
pulau gosong yang sedang pasang

Hari itu capek seharian snorkeling, dan yang sudah pasti adalah tubuh kami menjadi belang disengat sang mentari, haha..

Setelah mandi, malam itu kami menyempatkan ke toko souvenir yang tidak jauh dari homestay, bisa jalan kaki saja. Sebenarnya, souvenir disana tidak terlalu bagus dan sangat biasa, sehingga niat untuk membeli juga kurang, tidak ada yang istimewa, yang khas hanya karna tulisan karimun jawa nya saja, hehe..

yiipii... dapat bintang laut
yiipii… dapat bintang laut

Hari ketiga alias hari terakhir kami di karimun, pagi hari seperti hari sebelumnya kami bersiap kembali untuk melanjutkan snorkeling dan menuju penangkaran hiu. Cuaca di hari ketiga ini tidak terlalu terik seperti hari sebelumnya, lebih adem dan banyak awan putih yang melindungi kami dari sengatan matahari. Rombongan Bandung dan Solo semakin kompak, sepanjang perjalanan untuk snorkeling tembang lawas mulai berkumandang disela-sela angin sepoi dan debur ombak. Duet maut antara wong Solo dan wong Bandung seakan kembali ke era 90an bahkan 80an.. haaduuhh.. tua banget kan yaah.. haha

penangkaran hiu
penangkaran hiu

Kami tidak berani masuk berenang bersama hiu, karena di hari sebelumnya katanya ada yang cidera. Jadinya kami hanya melihat aktivitas hiu yang diberi makan. Hiu nya sangat banyak dan berbagai ukuran.

masih disekitar penangkaran hiu but its beautiful,right!
masih disekitar penangkaran hiu but its beautiful,right!

Setelah kembali ke homestay, packing dan makan siang, pkl. 13.00 kami berangkat ke dermaga, eits sebelum pamitan ke bapak ibu pemilik homestay, kami berfoto dulu sebagai kenang-kenangan.. hehehe..

Di dalam kapal, kami semua tertidur pulas dan tak terasa kami sudah berada kembali di dermaga Jepara. Berhubung agen sudah menjanjikan kami akan singgah di Kudus dan Semarang, so lets goo.. perjalanan berlanjut..

Masih di wilayah Jepara, kami singgah dulu makan durian Jepara di tepi jalan dan ini gratis traktiran si agen, yiiippii..

Singgah di Kudus membeli oleh-oleh Jenang Kudus dan di Semarang menyantap soto kerbau dan pindang ayam.. nyam nyam enak sekali rasanya..

Ketika melewati Brebes banyak penjual telor asin, jadi singgah dulu sambil nyari toilet, hmm biasa panggilan alam.. hehe

Kami tiba kembali di Bandung sekitar pkl.05.00 dan sayonara…

Terima kasih kawan atas kegilaan selama tiga hari dua malam bersama di Pulau karimun Jawa… hayoo kita nge trip lagiii… ^^